SURABAYA (mediasurabayarek.comm) - Departemen ilmu kesehatan THT-KL FK Unair/RSUD Dr Soetomo bekerjasama dengan Perhati-KL Jatim mengadakan pendidikan kedokteran berkelanjutan (PKB) dengan tema Update On Geriatric Otorhinolarygology Head & Neck Surgery ke -XVI di Hotel Bumi Surabaya, Minggu (1/7).
dr Haris Mayagung Eko Rini Sp THT-KL (K) FICS menyatakan, masalah kesehatan kepala dan leher dapat menurunkan interaksi sosial pada lanjut usia. Sehingga menurunkan kualitas hidup dan memperpendek masa hidup.
Beberapa masalah THT-KL yang sering ditemui pada pasien lanjut usia adalah gangguan pendengaran, disfagia, gangguan keseimbangan, penurunan penciuman, gangguan suara, dan gangguan leher dan kepala.
Menurut dr Haris, pada usia lanjut kerapkali dijumpai pasien menderita
vertigo. Penyakit itu masuk bidang Neuro, juga bidang THT , karena organ keseimbangan itu ada di THT-KL.
Sebab, telinga dalam itu terdiri dari organ pendengaran dan organ keseimbangan, dan sekitar 70 sampai 80 persen pasen vertigo itu asalnya dari THT dari gangguan keseimbangan di vastibular THT tadi.
Dan, 20 sampai 30 persen di sentral (otak), bagian dari syaraf. "Namun demikian, bagian yang 70 sampai 80 persen itu di bagian kami, sehingga melakukan diagnoses terapi pasen vertigo dan kami juga mengajarkan untuk anak didik yang dokter umum, bukan yang spesialis THT," ucapnya.
Sebenarnya, dokter umum pun bisa melakukan tapi kompetensinya tidak seberat yang dokter spesial. "Kalau kita berbicara vertigo, ini kita melihat dulu vertigo itu disebabkan oleh apa ? Saya bicara untuk vertigo yang dibidang kami, kalau ada vertigo dibidang kami itu bukan karena lingkungan atau pola hidup, tapi penyebabnya yang pertama, ketika saya diagnosis BPPV (Be nine posisional parogsisme vertigo) vertigo yang disebabkan karena perubahan posisi kepala yang tiba tiba," katanya.
Dan, selebihnya, ada BPPV dan non BPPV, yang non BPPV itu bisa jadi karena infeksi virus yang disebut neoronitis vestibular, bisa juga labirinitis yang terkena labiri bisa juga penyakit miniar.
Miniar itu penyakit vertigo tetapi disertai gangguan pendengaran, jadi bukan karena lingkungan, bisa jadi karena virus. Tapi karena bisa penyebab yang lainnya.
The BPPV itu namanya the brees otokonia itu yang calsium carbonat itu lepas, jadi bukan karena salah tidur, tapi misalnya dari tidur ke bangun, kan tiba-tiba, ada gerakan kepala yang mendadak itu bisa mencetuskan vertigo, itulah yang bagian dari THT.
"Bisa juga tuli mendadak, kemudian vertigo, itu bagian dari kami, jadi kami diagnosis dulu, kalau itu bagian dari kami, kami yang menangani, tapi kalau bagian dari syaraf, ya kami kirim ke syaraf," katanya.
Kalau telinga yang mendengung itu tenitus, tenitus itu bisa bersamaan dengan vertigo, dia juga bisa berdiri sendiri.
"Jadi kita tidak bisa meng- ajust, oh ini vertigo disertai tenitus atau tidak. Bisa jadi vertigo sendiri, bisa jadi tenitus atau dengung sendiri, bisa terjadi kedua-duanya pada satu pasen," katanya.
Kalau vertigo disebabkan BPPV berobat ke dokter THT, 90 persen bisa sembuh, kita lakukan reposisi seperti yang tadi, tapi misalnya labirinitis, itu infeksi yang mengenai labirin atau organ pendengaran maupun organ keseimbangan vertigonya bisa sembuh, tetapi bisa terjadi ada gejala sisa, itu yang dengan latihan tadi, latihan vertigular labiritas terapi, terapi dengan obat, ada pendengarannya, ada vertigonya.
"Kalau, kemudian misalnya tidak sembuh, ya dengan vastigular, dengan latihan, Vertigo, makin tua makin sering, usia produktif tapi makin tua, lebih dari 60 tahun itu akan makin sering, makanya latihan itu sebaiknya dimulai sejak awal, misalnya latihan senam taichi, itu saat umur 40 itu latihan bagus, menari, seperti line dance, menari," cetusnya.
Kalau BPPV tidak bisa dihindari, tapi kalau ini kita topiknya geriatric, dari muda sebaiknya latihan.
"Untuk menghindai vertigo, sejak muda harus menggerakkan semua organ, dengan rajin olahraga taichi, yoga, dan olahraga lainnya. Setiap bulan ada 20 – 30 pasien vertigo, dengan penyebab yang bermacam macam, datang ke poli kami," cetus dr Haris M. Ekorini SP THT KL.(ded).
0 komentar:
Posting Komentar