SURABAYA (mediasurabayarek.com) - Aplikasi Konco Sregep (Sukses, Responsif, Energik dan Giat Belajar, Empati dan Produktif) dan komunikasi efektif akan meningkatkan status kesehatan remaja.
"Adanya Aplikasi Konco Sregep untuk meningkatkan status kesehatan remaja dan mencegah remaja berperilaku beresiko," ujar Muthmainnah SKM Mkes dari FKM UNAIR dalam zoom meeting " Ngobrol Santai (Ngobras) Bersama Tim Peneliti Konco Sregep FKM UNAIR tentang Penguatan Program Peningkatan Kesehatan Remaja Melalui Aplikasi Konco Sregep di Sekolah Siaga Kependudukan Kabupaten Malang", Jum'at (24/6/2022).
Menurutnya, aplikasi Konco Sregep ini merupakan salah satu strategi penguatan program generasi berencana, yang muncul saat pandemi Covid. Ini menjadi strategi capaian program genre.
Kelompok usia remaja menjadi salah satu target sasaran terkait dengan karakteristik generasi Z. Harapan adanya Aplikasi Konco Sregep untuk meningkatkan status kesehatan remaja dan mencegah remaja Kabupaten Malang berperilaku beresiko.
Berdasarkan rencangan semua program dari berbagai stakeholder yang mempunyai sasaran remaja sesuai dengan karakteristik, kebutuhan dan kapasitas remaja saat ini dan yang akan datang,
"Harapan kami adanya Konco Sregep menjadi media kreatif dan inovatif di era digitalisasi," ucap Muthmainnah SKM Mkes.
Sementara itu, Ira Nurmala Phd memaparkan, bahwa pentingnya komunikasi efektif yang memiliki topik yang dibahas antara satu orang dengan orang yang lain.
"Setiap perilaku memiliki potensi komunikasi , namun tidak berarti semua perilaku adalah komunikasi. Komunikasi terjadi apabila seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri," cetusnya.
Pada dasarnya, lanjut Ira Nurmala Phd, bahwa komunikasi dapat merubah sikap, setelah dilakukan suatu proses komunikasi. Bahkan perubahan pendapat dapat terjadi dalam suatu komunikasi yang tengah dan sudah berlangsung dan itu tergantung bagaimana komunikator menyampaikannya.
Dalam suatu proses komunikasi apa yang dikemukakan komunikator sesuai dengan yang disampaikannya dan ini tergantung dari kredibilitas komunikator itu sendiri. Lebih daripada itu, perubahan yang terjadi dalam tatanan masyarakat itu sendiri sesuai dengan lingkungan ketika berlangsungnya komunikasi.
Selanjutnya Dr Luthfi Agus Salim SKM Msi dari FKM UNAIR menyampaikan , pentingnya peranan remaja dalam pencegahan stunting. Masa remaja indah sekali dan terus belajar agar ilmunya bermanfaat.
"Stunting sebagai modal masa depan berkualitas bersama kita mewujudkan masa depan cerah. Mencegah stunting untuk generasi berikutnya," tegasnya.
Kelompok remaja ini cukup rentan menghadapi resiko, berbagai permasalahan kompleks dialami remaja, seperti tentang karakter mental dan moral, serta seks pra nikah menjadi problek komplek remaja.
Selain itu, remaja tidak boleh hamil yang tidak diinginkan, aborsi, terinfeksi penyakit menular seksual, penyalahgunaan Napza dan HIV/AIDS.
Remaja yang menikah di bawah usia 16 tahun mencapai angka 15,66 persen berdampak meningkatkan resiko kematian ibu dan bayi, menimbulan resiko pendarahan, anemia, infeksi saat hamil dan keguguran.
Selain itu, menyebabkan kelahiran prematur , beresiko melahirkan stunting ketidak stabilan emosi pada remaja dapat menimbulkan Kekerasan Dalam RUmah Tangga (KRDT).
Survei pendahuluan di Kabupaten Malang oleh BKKBN Jatim 2018ternyata banyak remaja yang belum mengetahui generasi berencana (88 Persen).
" Semblan dari 10pelaku perkawinan anak tidak pernah mendapat sosialsiasi tentang program berencana.
Dampak stunting pada anak adalah menyebabkan mudah sakit, kemampuan kognitif berkurang , saat tua beresiko terkena berhubungan dengn pola makan, fungsi tubuh tidak seimbang, mengakibatkan kerugian ekonomi dan postur tubuh tidak maksimal saat dewasa.
Penanggulangan stunting dengan ASI eksklusif dan sanitasi (air bersih, lingkungan dan kenyamanan). . Remaja sehat banyak makan sayur dan buah. (ded)
0 komentar:
Posting Komentar