SURABAYA (mediasurabayarek.com) - Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABPPTSI) menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 1 yang dihadiri Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang di Hotel JW Marriot, Surabaya, Senin (16/7).
Dirjen Kelembagaan, Iptek dan Dikti Kemenristekdikti, Patdono Suwignjo menyatakan ada dua perubahan yang harus dilakukan pendidikan tinggi, yakni menerapakan sistem “online learning” atau pembelajaran berbasis daring dan perubahan kebutuhan lapangan pekerjaan.
“Sistem online learning terus berjalan pesat di dalam maupun luar negeri. Indonesia pun sudah tidak bisa menghindar, sehingga mulai tahun depan akan lebih banyak lagi penyelenggara online based learning,” ucapnya Rakernas 1 ABPPTSI yang mengusung tema “Tingkatkan Relevansi dan Kualitas SDM di Era Teknologi dan Inovasi Disrupsi itu".
Kemenristekdikti mendorong perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) menyiapkan diri dan menerapkan sistem pembelajaran melalui daring seiring dengan terjadinya Revolusi Industri 4.0 pada era disrupsi ini.
Patdono mengatakan sistem online learning dapat menjadi jembatan yang akan membantu pendidikan tinggi masuk ke pelosok negeri yang tidak memiliki gedung perkuliahan.
”Tantangannya ada pada infrastruktur internet yang harus diperbaiki dengan sempurna. Ada baiknya dilakukan dengan pembuatan konsorsium oleh PTN dan PTS, sehingga lebih mudah dalam persiapan sistem dan infrastrukturnya,” ujar nya.
Sedangkan dari segi perubahan kebutuhan kompetensi di lapangan pekerjaan, Patdono mengatakan saat ini lapangan kerja lebih fokus pada teknologi. Sehingga perguruan tinggi pun harus mulai mengkritisi kurikulum agar lulusannya sesuai dengan lapangan kerja.
"Kami dengan tulus dan sangat berterima kasih pada ABPPTSI yang memberikan kontribusi terhadap angka partisipasi kasar (APK) PTS lebih banyak daripada PTN. Kalau nggak ada ABPPTSI dan PTS, APK paling 7-8 persen. Sekarang mencapai 31 persen," paparnya.
Menurut Patdono, pihaknya menyarankan ABPPTSI melakukan rapat kerja dan membicarakan untuk menyusun strategi dan tahapan menyongsong distrupsi.
Ini mengingat total PTS dan PTN sebanyak 4.549, PTN 132. Ada progam mendampingi PT yang telah mengantongi akreditasi B menjadi A nantinya.
"Tahun ini , kita hanya buka yang institusi dan Poltek. Untuk PTS sementara ini moratorium, kecuali terbentuk PTS baru hasil merger dengan PTS lainnya, " ungkapnya.


Ditambahkan Hj RR Iswachyu Dhaniarti DS ST, anggota dewan pakar ABPPTSI Pusat, akan banyak bidang pekerjaan yang tergantikan dengan alat, tidak hanya robot.
Atas dasar itulah, perguran tinggi (PT) tidak bisa seperti sekarang dan harus berubah. Baik kurikulum nya, dan program jangka pendek dan menengah.
"Kalau tidak, kita akan menghasilkan alumni yang tidak sesuai dengan
kebutuhan jaman dan akan tertinggal," ungkapnya.
Dalam Rakernas ini, ABPPTSI mengundang beberapa tokoh untuk menjadi jembatan. "Oesman Sata Odang akan jadi corong kami, regulasi harus segera berganti dan berubah. Para Dirjen banyak melakukan perubahan di kelembagaan," katanya.
PT harus cepat mengikuti perubahan danpentingnya revitalisasi PT agar tidak tertinggal. "Betul apa yang dikatakan Pak Osman, bahwa PTS yang tidak dibiayai pemerintah dan mayortas mahasiswa terbanyak dan mereka adalah
anak bangsa Indonesia dan menghasilkan generasi muda ke deannya," tukasnya.
Menurut Sekretaris Umum ABPPTSI Jatim ini, akan menjembatani PTS yang terkendala tidak bisa melakukan wisuda, karena terganjal masalah tertentu. "Asosiasi menjembatani PTS dan diharapkan akhir tahun ini bisa melakukan wisuda. Kalau tidak, ijinnya bisa dicabut. Intinya, asosiasi selalu berusaha terus membina PTS yang bermasalah," katanya.
Ditambahkan Ketua Pengurus Pusat ABPPTSI, Prof Thomas Suyatno mengungkapkan, di era disrupsi ini, norma-norma jadi tidak lagi cocok. ”Pengelolaan perguruan tinggi dengan metode lama sudah tidak lagi tepat dan tidak akan bisa berhasil jika dilaksanakan di era ini,” cetusnya.
Di tempat yang sama, Ketua DPD RI Oesman Sapta menegaskan, PTS di daerah harus mampu meningkatkan kompetisi agar mampu bersaing.
Menurut Oesman, tidak ada kemakmuran suatu bangsa kalau daerah-daerah tidak dapat meningkatkan kemampuannya. Daya saing daerah tersebut akan menjadi akumulasi dari daya saing negara.
Hal ini menjadi tanggung jawab bersama untuk menyiapkan daerah dan kota-kota di Indonesia agar memiliki keunggulan komparatif masing-masing. Lantaran daerah-daerah akan terkoneksi dengan dunia global.
”Untuk itu saya menaruh harapan yang besar kepada peran PTS," tukas Oesman Sapta Odang.
Bagi Oso--panggilan akrab Oesman Sapta Odang--mengingatkan harus ada perhatian khusus untuk meningkatkan kinerja pada sistem yang sangat sistemanis. Perlunya 5- S, yakni strategi, struktur, skill, sistem dan speed, yang harus dikelola secara modern.
"PTS di negara maju sangat modern dan maju sekali," tandasnya.
Prof dr Ali Ghufron Mukti MSc. PhD menyatakan, PT di Indonesia
bagus atau tidaknya ditentukan oleh PTS yang jumlahnya sangat besar itu.
Bahkan di Jatim terbanyak jumlah PTS di Indonesia. Intinya, untuk bisa hebat, dosennya harus hebat,. Kementerian Dikti memberikan beberapa skema untuk dosen agar bisa dikembangkan kemampuannya.
"Mereka diberikan fasilitas dan disekolahkan dan harus produktif. Utamanya, menulis jurnal dan kita evaluasi jumlah profesor pada awal 2018 sebanyak 3550. Namun demikian, baru1.551 profesor yan publikasikan jurnalnya. Untuk PTS akan kita dorong dan mampu menghasilkan doktor menjadi profesor dan mempublikasikan jurnalnya secara interasional. (ded)
0 komentar:
Posting Komentar