SURABAYA (mediasurabayarek.com) - Gara-gara melambungnya harga daging yam di pasaran, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Surabaya melakukan survei di Pasar Wonokromo, Surabaya, yang menjumpai harga ayam sudah menyentuh Rp 40ribu/kg, Kamis (26/7)
.
Ketua KPPU Surabaya Dendy Rakhmad menyatakan harga ini cukup tinggi dibandingkan dengan harga ayam di retail modern. Namun demikian, harga bisa fluktuatif dan turun lagi nantinya.
"Memang harganya lebih tinggi di sini, berkisar antara Rp 38ribu/kg - Rp 40 ribu/kg. Penyebabnya bisa naiknya dolar AS, pembatasan antibiotik, termasuk aktivitas perdagangan luar pulau. Tapi yang jelas bahwa ketersediaan ayam cukup," ucap Dendy susai sidak di Pasar Wonokromo ,Surabaya .
Menurut Dendy, pasar tradisional ini ada sedikit problem pada penawaran dan permintaan pasar. Pada retail modern harganya relatif stabil karena mereka telah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET). Sehingga ada kontraktual yang jelas antara supplier dan pedagang.
"Untuk pasar tradisional sendiri ada sedikit problem untuk manajemen supply and demand, kita bandingkan dengan retail modern mereka lebih relatif stabil. Kenapa? Karena ada kontrakflow yang jelas antara supplier dan pedagangnya," kata Dendy.

Dendy mencontohkan harga telur di pasar modern dan pasar tradisional juga berbeda. Ini lantaran pasar tradisional memiliki cara untuk mengendalikan harga. Untuk itu, Dendy berharap para pedagang bisa mencontoh demikian.
"Harga telur di pasar tembus 30 ribu, di pasar ritel modern hanya berkisar 25 ribu. Karena mereka punya cara untuk mengendalikan harganya, nah ini yang kita harapkan tradisional demikian," tambah Dendy.
Selain harga dolar yang naik, Dendy menjelaskan ada pula pengaruh lain mengapa para pedagang di pasar turut menaikkan harga. Misalnya mereka mengikuti harga dari peternak yang naik.
"Ada beberapa pengaruh yang membuat harga ini naik, seperti harga kulakan a naik, maka harga jualnya juga naik. Maka kita harus lihat dari hulu hingga hilir apakah ini pengaruh atau gimana," cetusnya
Dalam kesempatan itu, Dendy berharap Pemkot Surabaya dan provinsi bisa mengatur supply and demand di pasaran. Hal ini juga merupakan upaya untuk menjaga harga yang di pasar agar tidak tergantung dengan harga yang dipasok agen atau pelaku usaha.
"Kita berharap ke depan pemkot maupun pemprov dapat membuat projek supply and demandnya berubah. Pasar tradisional harus tetap dijaga mindset dan cara kerjanya juga harus berubah supaya tak tergantung dengan ulah segelintir pelaku usaha," ungkapnya.
Sementara itu, AKBP Rama dari Polda Jatim mengatakan, ini salah satu bentuk preventif polisi yang turun bersama KPPU untuk mencari dan mengumpulkan bahan kenterangan. Sekiranya nantinya, kalau ada oknum yang diduga melakukan keculasan dan kecurangan , akan ditindak karena hal itu menjadi domaian polisi.
"Kami telusuri lebih jauh, pengepul, distrubtor, sub distribusi hingga sentra distrubisinya (peternak). Kalau diambil dari pedagang masih prematur sekali. Kami lakukanpenyeldiikan lebih dalam. Kami mengimbau jangan ada pelaku usaha mengambil kesempatan dalam kesempitan seperti ini. harga telur dan ayam naik, harga bahan pokok, hal ini menimbulkan keresahan dan merugikan sekali masyarakat," ungkapnya.
Di tempat yang sama, Kasie Dinas Peternakan Jatim, Yoedhy, mengungkapkan, telur dan ayam hampir sama. harga telur turun dari RP 26.000 per kg, kini menjadi Rp 22.000 per kg. Regulasi pakan ternak, tidak boleh ditambahi antibiotik, namun tidak terlalu berpengaruh.
"Kita suplai telur ke DKI Jakarta. Stok ayam dan telur di Jatim aman dan mencukupi," tukasnya seraya menyatakan tidak hafal angka pastinya. (ded)
0 komentar:
Posting Komentar