SURABAYA (mediasurabayarek.comm) – Paroki St. Stefanus menyelenggaraan acara Merajut Kebhinekaan dengan Pentas Seni Lintas Agama di halaman parkir Gereja St. Stevanus Jl Manukan Rukun, Surabaya, Minggu (1/7).
Romo Dadang, Kepala Paroki St Stevanus Manukan Surabaya menyatakan, pihaknya yakin acara merajut kebhinekaan lewat seni dan budaya lintas agama akan bisa direalisasikan dengan baik
Sebab, hal itu akan terbebas dari kepentingan apapun dan bisa menyatukan kerukunan antar umat beragama . “Elemen masyarakat mempunyai jiwa seni dan budaya akan bisa disatukan. Ini akan lebih mudah daripada dialog ajaran Islam, Kristen, Hindu, dan agama lainnya, pasti ada perdebatan. Itu bukan ranah saya dan saya tidak expert dit bidang itu. Tugas saya adalah menjaga iman Katolik dan melayani kebutuhan iman mereka,” katanya.
Menurut Romo Dadang, menyatukan umat Islam, Kristen, Hindu dan agama lainnya paling mudah lewat seni dan budaya. “Kita kumpul bersama dan menyanyi bareng akan lebih mudah diwujudkan,” ucap Romo Dadang.
Hal lain yang bisa direalisasikan untuk merajut kebhinekaan adalah karya antar iman atau agama. “Karya bersama untuk mengatasi banyaknya pengangguran di tengah-tengah masyarakat dengan menciptakan lapangan kerja. Pengembangan ekonomi rakyat bisa dikembangkan lintas agama,” cetusnya.
Hal senada diungkapkan oleh Vincensius Awey, anggota DPRD Surabaya kepada media massa menanggapi acara tersebut, Minggu (1/7).
“Di tengah-tengah masyarakat yang dilanda krisis kebangsaan dan maraknya radikalisme yang merongsong kesatuan dan persatuan bangsa. Maka, siapapun di antara kita harus saling menghargai satu dan lainnya. Kita tunjukkan masyarakat Indonesia tetap bersatu. Kita memiliki kebebasan menjalankan agama dan beribadah sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Marilah kita saling menghormati dan menjaga kemajemukan,” ungkap Awey.
Dijelaskannya, dia mendukung penuh kegiatan ini dan disemarakkan terus- menerus di Surabaya dan di manapun. “Ini adalah jawaban radikalisme dan intoleransi. Kita tidak takut dan satu kesatuan bumi Indoneasi dan siapapun harus menjaga keberagaman agama ini,” tukas Awey.
Sementara itu, Ketu Walima Foundation, Onny Maiyanto menegaskan, bahwa Indonesia tumbuh dari elemen masyarakat yang terdiri dari berbagai etnis , agama dan suku di Indonesia.
Namun demikian, seiring perjalanan waktu, kebhinekaan kita terkikis dan mengarah radikalisme. Untuk menanggulangi hal ini, pentingnya melakukan banyak kegiatan yang merajuk kebhinekaan seperti ini.
“Implementasi riil sosial kemanusiaan, seperti pengobatan gratis maupun pentas seni lintas agama seperti ini. Tidak hanya dari kaum muslim, juga melibatkan dari GKI Surabaya dan Sidoarjo. Ini kegiatan yang kita rintis dan pengembangan pendidikan anak-anak dan masyarakat. (ded)
0 komentar:
Posting Komentar