728x90 AdSpace

  • Latest News

    Rabu, 25 Juli 2018

    Pondasi Ekonomi Indonesia Masih Kuat , Likuiditas Stabil





    SURABAYA (mediasurabayarek.com) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai, stabilitas sektor jasa keuangan dan kondisi likuiditas di pasar keuangan Indonesia masih bagus. Ini karena pondasi ekonomi yang telah dibangun sekian  lama itu, masih kuat dan tidak tergoyahkan oleh isu-isu ekonomi yang berkembang, akhir-akhir ini. 


    OJK Jawa Timur mencatat perkembangan perbankan di wilayah kerjanya sampai dengan Mei 2018 total aset sebesar Rp 556,5 triliun mengalami pertumbuhan 9,39 persen (y one Y) dan melebihi tertumbuhan nasional yang hanya tumbuh 7,91 persen.

    Sedangkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh perbankan Jawa Timur sampai dengan Mei 2018 sebesar Rp 519,4 triliun atau mengalami pertumbuhan 9,89 persen (y one y) dan diatas pertumbuhan nasional yang hanya 6,55 persen. 

    Direktur Pengawasan OJK Regional 1 Jawa Timur, Sutarduga Napitupulu saat Cangkruan bersama Media di Kantor OJK Surabaya, Rabu (25/7) menyatakan , hal itu  menunjukan dana yang dihimpun perbankan Jawa Timur cukup banyak dibandingkan dengan nasional. 

    Sementara jika dilihat dari penyaluran kredit dari perbankan Jawa Timur sebesar Rp 448,3 triliun atau naik 50,59 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tetapi, jika dibandingkan dengan pertumbuhan nasional periode yang sama hanya 10,55 persen, Jawa Timur masih diatasnya sedikit.

    Kemudian mengenai beberapa indikator pertumbuhan diantaranya Loan to Deposit Ratio (LDR) Jawa Timur sebesar 86,32 persen sedangkan nasional 92,81 persen. Mengenai LDR ada batas maksimum dan minimum semakin tinggi tambah baik. 

    Sedangkan Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah semakin kecil semakin tambah baik. Untuk Jawa Timur, NPL sebesar 3,54 persen masih diatas nasional yang hanya 2,86 persen, tetapi NPL Jawa Timur masih dalam posisi gross nett artinya perbankan masih mempunyai dana cadangan untuk menutup kerugiannya.

    Perlu diinformasikan, Otoritas Jasa Keuangan dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan, terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

    Otoritas Jasa Keuangan mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan. Sedangkan Otoritas Jasa Keuangan mempunyai tugas melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, sektor Pasar Modal, dan sektor IKNB.

    Namun, momentum perbaikan perekonomian global dibayangi kenaikan suku bunga kebijakan AS, krisis politik Italia dan kembali menguatnya tensi perang dagang, yang memberi sentimen negatif pada pasar keuangan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

    Sotarduga Napitupulu, Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan (LJK1) mengatkan, gejolak di pasar global mendorong IHSG pada Mei 2018 melemah tipis 0,18 persen dan ditutup di level 5983.6, dengan investor nonresiden yang mencatatkan net sell Rp 6,45 triliun.

    “Di pasar SBN yield SBN tenor jangka pendek, menengah dan panjang, masing-masing naik 46,3 bps, 25,2 bps, dan 27,8 bps (Apr’18, rata-rata meningkat 21 bps). Investor nonresiden mencatatkan net sell di pasar SBN sebesar Rp 11,5 triliun,” kata Sotarduga saat Coffee Morning ‘Cangkrukan Media di Jatim bersama OJK KR4’ di kantor OJK KR4 Jatim, Gedung Bank Indonesia (BI) Lantai 4, Jl. Pahlawan, Surabaya, Rabu (25/7).

    Di tengah perkembangan pasar keuangan, lanjutnya, kinerja intermediasi sektor jasa keuangan pada Mei 2018 terus menunjukkan perbaikan. Kredit perbankan tumbuh 10,26 persen yoy (Apr’18, 8,94% yoy) dan piutang pembiayaan tumbuh 6,37 persen yoy (Apr’18, 6,36% yoy).

    “Perbaikan kinerja intermediasi ini didukung pertumbuhan positif Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan yang tercatat 6,47 persen yoy. Sementara, premi asuransi jiwa dan asuransi umum/reasuransi masing-masing tumbuh tinggi 31,49 persen dan 19,28 persen yoy,” ungkap Sotarduga yang didampingi Kuswandono, Deputi Direktur Pengawasan LJK dan Perizinan KR4 Jatim.

    Menurut Sotarduga, di pasar modal, penghimpunan dana di pasar modal hingga 22 Juni 2018 mencapai Rp 89,3 triliun, meningkat dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 60 triliun. Emiten baru tercatat sebanyak 20 perusahaan (Jan-Mei’17: 10 perusahaan). Total dana kelolaan investasi hingga 22 Juni 2018 mencapai Rp 729,3 triliun.

    “Nah, di tengah-tengah sentimen yang mewarnai pasar keuangan domestik, risiko LJK (risiko kredit, pasar, dan likuiditas) masih terjaga pada level yang manageable. Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan tercatat 2,79 persen (Apr’18, 2,79%) dan rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan tercatat 3,12 persen (Apr’18: 3,01%),” tuturnya.

    Sedangkan,  permodalan LJK juga terjaga robust dengan CAR perbankan 22,45 persen serta RBC asuransi umum dan asuransi jiwa
    masing-masing 319 persen dan 442 persen.

    “OJK akan terus memantau dinamika perekonomian global dan domestik, khususnya terkait laju kenaikan FFR, tren kenaikan suku bunga, dan perkembangan negosiasi dagang AS-Tiongkok. OJK juga mempersiapkan
    serangkaian kebijakan untuk memastikan stabilitas pasar keuangan dan kinerja sektor jasa keuangan domestik tetap terjaga di tengah peningkatan volatilitas pasar,”  cetusnya.  (ded)
    • Blogger
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: Pondasi Ekonomi Indonesia Masih Kuat , Likuiditas Stabil Rating: 5 Reviewed By: Media Surabaya Rek
    Ke Atas